Increasing Students Activities and Learning Outcomes Using Problem Based Learning with Simple Electrical Circuits

Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Peserta Didik
Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL)
Berbantuan Alat Peraga Rangkaian Listrik Sederhana.
Agus Khrisna Pambudi
Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah mata pelajaran yang membutuhkan proses dalam pelaksanaan pembelajarannya, maka sebaiknya guru memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang memungkinkan peserta didik terlibat aktif sehingga dapat menampilkan sebuah keterampilan proses yang diharapkan. Sejalan dengan hal tersebut, peserta didik kelas VI masih berada pada tahap perkembangan operasional konkret dimana peserta didik masih belum bisa memahami materi yang abstrak.

Keaktifan dan hasil belajar peserta didik yang rendah disebabkan oleh kondisi peserta didik yang kurang bersemangat, tidak konsentrasi dan bosan mengikuti pembelajaran. Hal ini memicu peserta didik mencari kegiatan lain seperti berbicara dengan temannya, berjalan-jalan di kelas, atau mengganggu temannya.

Pembelajaran kurang menarik perhatian peserta didik. Guru cenderung memposisikan anak untuk duduk diam mendengarkan, melihat dan mengerjakan. Hal ini melawan hakikat anak yang aktif bergerak dan pada tahap berpikir operasional konkret.

Penggunaan media yang masih abstrak yaitu gambar sederhana di papan tulis. Tidak menggunakan alat peraga. Hal ini kurang mendukung karakteristik mata pelajaran IPA SD yang kontekstual dan konkret.

Dalam pengelolaan kelas guru tidak melakukan penyegaran (ice breaking) selama proses pembelajaran seperti menyanyi, permainan atau yel-yel. Hal ini turut menambah daftar panjang latar belakang rendahnya keaktifan dan hasil belajar peserta didik kelas 6 pada muatan IPA materi rangkaian listrik campuran.

Mengapa praktik ini penting untuk dibagikan?

Setelah melakukan pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning (PBL) berbantuan alat peraga rangkaian listrik sederhana, terdapat peningkatan positif pada keaktifan dan hasil belajar peserta didik kelas VI. Praktik ini penting untuk dibagikan agar bisa menjadi referensi bagi bapak/ibu guru yang lain untuk mengatasi permasalahan yang ada di kelasnya.

Pada ruang lingkup yang lebih luas, praktik ini perlu dibagikan karena dapat memberikan pengaruh positif bagi bapak/ibu guru yang lain sehingga meningkatkan semangat untuk senantiasa memperbaiki dunia pendidikan.

Apa yang menjadi peran dan tanggung jawab anda dalam praktik ini?

Peran dan tanggung jawab penulis dalam praktik ini adalah:
1. Sebagai peneliti yang mengidentifikasi masalah, merencakanan altenatif solusi, melakukan praktik dan melakukan evaluasi.
2. Sebagai guru kelas yang menerapkan model Problem Based Learning (PBL) berbantuan alat peraga rangkaian listrik sederhana sebagai salah satu alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik.

Rumusan Masalah

Setelah dilakukan identifikasi masalah melalui refleksi diri dan wawancara guru, kepala sekolah serta pakar, tantangan yang dihadapi meliputi:
1. Model pembelajaran belum sesuai dengan materi pelajaran;
2. Metode pembelajaran yang kurang bervariasi;
3. Penggunaan media pembelajaran dan alat peraga yang belum dioptimalkan;
4. Kurangnya pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran di kelas;
5. Sarana prasarana yang belum mendukung.

Dalam pelaksanaan aksi ini dibutuhkan partisipasi dari beberapa pihak, yaitu:
1. Pihak sekolah menjadi partisipan penuh dalam memafasilitasi bahan alat peraga, sarana dan prasarana;
2. Teman sejawat, kepala sekolah dan pakar menjadi partisipan dalam melakukan identifikasi malasah, menentukan alternatif solusi, sampai mendesain rencana aksi;
3. Peserta didik kelas VI SD 5 Ngembalrejo sebagai subyek aksi.

Hipotesis TIndakan

Aksi yang telah dilakukan untuk mengatasi kondisi dan tantangan tersebut meliputi:

1. Menerapkan model Problem Based Learning (PBL)

Guru menerapkan model pembelajaran PBL untuk meningkatkan aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Adapun sintaks model PBL didasarkan pada pendapat Arends (2012) yang meliputi:
a. Orientasi peserta didik pada masalah;
b. Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar;
c. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok;
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya;
e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Penerapan model PBL dalam materi rangkaian listrik dapat memberikan pengalaman belajar lebih relevan dan kontekstual yang secara berkesinambungan dapat meningkatkan minat belajar, konsentrasi, aktivitas serta kemampuan pemecahan masalah yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

2. Menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi

Model Problem Based Learning (PBL) tidak dapat diterapkan dengan maksimal jika metode pembelajaran yang digunakan tidak bervariasi. Dalam aksi ini, metode pembelajaran yang digunakan dalam model PBL meliputi metode ceramah bervariasi, tanya jawab, demonstrasi, diskusi, penugasan dan praktikum. Selain metode tersebut, juga dilakukan penyegaran (ice breaking) untuk membuat peserta didik agar tidak jenuh.

3. Penggunaan Alat Peraga

Penggunaan alat peraga rangkaian listrik memberikan pengalaman nyata bagi peserta didik selama proses pembelajaran. Pengalaman ini dapat membantu peserta didik mengkontruksi pengetahuannya untuk jangka waktu yang lama.

4. Penggunaan Media berbasis Technological Pedagogical and Content Knowledge (TPACK).

Tidak dipungkiri bahwa alat peraga yang digunakan memiliki keterbatasan dalam hal jumlah, variasi rangkaian dan waktu penggunaan. Media pembelajaran laboratorium virtual PhET (Physics Education Technology) pada laman https://phet.colorado.edu dihadirkan dalam pembelajaran untuk menutupi kelemahan alat peraga tersebut. Media tersebut dapat memfasilitasi berbagai macam variasi rangkaian listrik tanpa perlu menyiapkan alat dan bahan. Peserta didik juga dapat menggunakannya dengan gawai secara mandiri, dimana saja, dan kapan saja.

5. Terkait dengan penilaian

Penilaian yang dilakukan meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Instrumen penilaian dipersiapkan secara lengkap yang meliputi kisi-kisi, indikator ketercapaian setiap aspek, rubrik penskoran, dan pedoman penilaian.

Sumber Daya yang dipersiapkan

1. Alat peraga rangkaian listrik sederhana;
2. Media gambar yang disajikan menggunakan slide powerpoint;
3. Media laboratorium virtual PhET;
4. LCD Proyektor;
5. Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD);
6. Bahan ajar dan sumber belajar yang relevan.

Hasil dan Pembahasan

Pertama, peserta didik mendapatkan pengalaman nyata dan kontekstual tentang rangkaian listrik. Kedua, Penggunanan media dan alat peraga meningkatan ketertarikan dan konsentrasi peserta didik pada pembelajaran rangkaian listrik campuran. Serta memberikan ilustrasi yang lebih jelas kepada peserta didik. Ketiga, Kegiatan pemecahan masalah memfasilitasi peserta didik untuk berlatih bekerjasama, berdiskusi, berpikir kritis dan menyampaikan pendapat.

Ada beberapa hal yang menjadi perhatian dan catatan sebagai bahan perbaikan. Pertama, Pengelolaan kelas yang kurang maksimal menyebabkan masih ada beberapa peserta didik yang kesulitan untuk mengajukan pertanyaan, mempresentasikan hasil kerja, dan menyampaikan pendapat. Kedua, Alokasi waktu pembelajaran pada kegiatan praktikum dan presentasi masih kurang sehingga pembelajaran masih bisa dilanjutkan pada pertemuan berikutnya.

Selain catatan penulis, respon dari beberapa pihak terkait juga dapat dijadikan bahan pertimbangan. Ibu Chris Purwati sebagai Kepala Sekolah memberikan apresiasi dan dukungan atas aksi yang telah dilakukan. Kepala sekolah juga berharap penerapan model-model pembelajaran dapat dilaksanakan secara berkelanjutan.

Ibu Sri Hesti selaku guru kelas VI sebelumnya memberikan respon positif atas aksi yang telah dilaksanakan. Adapun catatan yang dapat dijadikan bahan perbaikan adalah upaya peningkatan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi di dalam forum kelas.

Hasil penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan alat peraga rangkaian listrik sederhana efektif dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik kelas VI secara signifikan. Kendati demikian, ada beberapa kekurangan dan catatan yang perlu diperbaiki dengan cara mempersiapkan pembelajaran lebih detail dan matang yang meliputi:

1. Menguasai langkah-langkah pembelajaran sesuai RPP;
2. Menguasai ice breaking baru;
3. Meningkatkan kemampuan dalam menerapkan cara-cara atau teknik untuk menstimulus peserta didik dalam menyampaikan pendapat;
4. Mengelola waktu sesuai perencanaan.

Semoga kami dapat melaksanakan pembelajaran selanjutnya dengan persiapan yang lebih matang sehingga peserta didik dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Besar harapan kami, tulisan ini dapat menjadi referensi dan pertimbangan bagi sesama praktisi pendidikan dimana pun berada.