Peningkatan Pemahaman Siswa Menggunakan Model Problem-Based Learning Berbantuan Media Puzzle Bangun Datar
Khoirun Nisak
Situasi
Matematika merupakan materi abstrak yang sulit dipahami siswa. Sedangkan usia siswa SD berada pada tahap perkembangan operasional konkret dimana siswa masih belum bisa memahami materi yang abstrak. Oleh karena itu, siswa merasa pelajaran matematika menjadi momok yang sangat ditakuti. Sehingga kondisi yang terjadi yaitu:
1. Siswa malas mengerjakan soal yang diberikan guru;
2. Siswa kesulitan mengejakan soal matematika;
3. Hasil belajar matematika rendah;
Kondisi ini diperburuk dengan kurangnya pemanfaatan media ajar dan model pembelajaran inovatif yang diimplementasikan guru di kelas.
Tantangan
Setelah dilakukan identifikasi masalah dengan refleksi diri, wawancara guru kepala sekolah dan Pakar serta kunjungan rumah kepada orang tua siswa, maka beberapa tantangan yang terjadi yaitu:
1. Kurangnya pendampingan dan bimbingan belajar keluarga ketika di rumah;
2. Kurangnya motivasi yang diberikan orang tua kepada siswa;
3. Siswa salah ketika menjawab dan mengerjakan soal;
4. Kurangnya rasa percaya diri siswa saat di sekolah.
Tantangan dari sisi siswanya berdampak sekali pada proses pembelajaran di sekolah. Ada juga tantangan yang ada di sekolah:
1. Guru belum menggunakan media ajar;
2. Kurangnya pemanfaatan TPACK di kelas;
3. Model pembelajaran yang belum relevan dengan kebutuhan siswa;
4. Sarana prasarana yang belum mendukung.
Tantangan itu yang menyebabkan seorang guru harus mampu merancang pembelajaran yang inovatif dengan menerapkan model pembelajaran serta menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar siswa yang mampu membangkitkan motivasi belajar siswa.
Aksi
Tantangan yang ada di atas harus segera diselesaikan dengan baik oleh seorang guru profesional, diantaranya yaitu:
1. Berkaitan dengan model pembelajaran
Guru menerapkan model pembelajaran Problem based learning. Model pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang menggunakan berbagai kemampuan berpikir dari peserta didik secara individu maupun kelompok serta lingkungan nyata untuk mengatasi permasalahan sehingga pembelajaran lebih bermakna, relevan, dan kontekstual. Sintak model Problem-based Learning menurut Arends (2012) sebagai berikut:
Orientasi peserta didik pada masalah
1. Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar;
2. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok;
3. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya;
4. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Menurut Yuli Ariandi (2017) PBL (problem based learning) adalah model pembelajaran pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuan sendiri, serta menumbuhkembangkan ketrampilan yang lebih tinggi dan memperoleh pengetahuan tersebut secara langsung melalui pengalaman sendiri.
2. Berkaitan dengan media ajar
Penggunaan media pembelajaran harus menyesuaikan materi. Untuk materi matematika, guru menggunakan media konkret berupa puzzle bangun datar yang mampu memvisualkan materi matematika yang bersifat abstrak. Sedangkan untuk membangkitkan semangat siswa, guru menggunakan media ajar berbasis TPACK berupa video yang menarik dan disajikan lewat proyektor.
3. Berkaitan dengan penilaian
Seorang guru juga dituntut untuk menilai secara keseluruhan dari ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Tentunya dalam instrumen yang lengkap mulai dari kisi-kisi, indikator ketercapaian setiap ranah, dan rubrik penilaian untuk melengkapi penilaian akhir pembelajaran.
4. Berkaitan dengan kondisi ruangan
Guru mendesign ruangan dengan baik mulai dari kebersihan, kerapihan, dan keindahan sehingga siswa memiliki motivasi belajar yang baik serta pembelajaran yang nyaman.
5. Berkaitan dengan membangkitkan antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran
Guru mengkombinasi model pembelajaran PBL dengan permainan kereta api. Siswa kelas rendah masih cenderung suka bermain dan banyak bergerak (kinestetik), maka guru menyalurkan energi mereka melalui permainan terarah yang mampu membangkitkan semangat dalam mengikuti setiap langkah dalam pembelajaran.
Refleksi Hasil dan Dampak
Dampak dari penerapan model pembelajaran Problem Based Learning yang dikombinasi dengan permainan kereta api serta dipadukan dengan media puzzle bangun datar membuat siswa lebih bersemangat, antusias, serta tidak bosan dalam pembelajaran. Karena pada saat pembelajaran siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan secara berkelompok siswa mengikuti setiap kegiatan yang ada dalam LKPD dan memenuhi proyek membuat karya seni dua dimensi berupa karya menempel (membuat bentuk sebuah benda yang berasal dari beberapa bangun datar yang disusun).
Dengan model pembelajaran Problem Based Learning ini siswa lebih bisa terarah untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui kegiatan-kegiatan yang melatih mereka berpikir kritis (HOTS). Melalui kegiatan yang mengarah ke HOTS, pengetahuan yang didapat lebih mengena sehingga siswa lebih memahami materi yang diajarkan. Hal tersebut membuat motivasi belajar siswa meningkat serta turut meningkatkan hasil belajar siswa.